Animalifenews.com – Budidaya rumput laut pernah mengalami kejayaan di Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Masyarakat yang dulu berjibaku dengan kegiatan tersebut, kini banyak yang beralih ke usaha lain lantaran budidaya rumput laut kurang menjanjikan keuntungan imbas serangan penyakit ice-ice dan pergeseran tata ruang.
Kini Kementerian Kelautan
dan Perikanan (KKP) mencoba untuk membangkitkan Kembali kejayaan tersebut
dengan membuat percontohan budi daya rumput laut di Pulau Kongsi, Kepulauan
Seribu. Program ini melibatkan masyarakat setempat dengan tujuannya sebagai upaya pengembangan sumber
daya manusia (SDM), sekaligus mengenalkan kembali rumput laut sebagai mata
pencaharian potensial.
![]() |
Foto. Percontohan rumput laut-kkp.go.id |
Percontohan budi daya rumput laut tersebut merupakan percontohan penyuluhan, pendidikan, dan pelatihan yang terdapat di lokasi SMART Fisheries Village (SFV) atau desa perikanan cerdas di Pulau Kongsi. SFV di pulau ini dibangun oleh Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BPPSDM) KKP melalui Balai Riset Perikanan Laut (BRPL).
“Konsep SFV digunakan
sebagai sarana pengembangan SDM baik dari aspek pendidikan, pelatihan, dan
penyuluhan, serta sebagai sarana inkubasi bisnis untuk mencetak startup di
bidang kelautan dan perikanan,” tutur Kepala BPPSDM I Nyoman Radiarta pada akhir
pekan lalu.
Pergeseran Tata Ruang
Kepala BRPL Luthfi Assadad
mengatakan, pariwisata di Kepulauan Seribu semakin meningkat pesat, menjadi
salah satu andalan pendapatan daerah, dan juga sumber nafkah bagi penduduk di
Kepulauan Seribu. Di sisi lain, terdapat zonasi atau pembagian tata ruang,
dimana area Kepulauan Seribu di bagian selatan memang diarahkan untuk jasa,
ekonomi dan perdagangan. Sehingga area yang sebelumnya digunakan untuk budi
daya rumput laut dan penangkapan ikan, digunakan untuk kegiatan non perikanan.
“Menghadapi paradigma
tersebut, kami membuat sebuah percontohan budi daya rumput laut di perairan
Pulau Kongsi untuk pengembangan SDM, dengan melibatkan kelompok pembudi daya
rumput laut Pokdakan Cottoni Jaya dari Pulau Pari. Kegiatan ini mengarah kepada
cara budi daya rumput laut yang baik dengan mengacu kepada SNI Budi Daya Rumput
Laut, mulai dari pemilihan lokasi, seleksi bibit, penggunaan metode dan waktu
tanam yang tepat, serta penanganan pasca panen untuk meningkatkan nilai tambah
produk rumput laut,” jelas Luthfi seperti ditulis laman kkp.go.id.
Hanafi, Ketua Pokdakan
Cottoni Jaya, menyampaikan, sepanjang tahun 2024 lalu pihaknya telah
memproduksi sebanyak 8,8 ton rumput laut kering. Sebagai mitra SFV Pulau
Kongsi, Pokdakan Cottoni Jaya merasa sangat terbantu dengan pendampingan yang
diberikan oleh SFV Pulau Kongsi. Dengan adanya pendampingan ini, hasil yang
lebih besar menjadi harapan di tengah gempuran pergeseran tata guna lahan dan
mata pencaharian di lingkungan masyarakat setempat.
Tommi Susilo Utomo Lamanepa,
Penyuluh Perikanan Kepulauan Seribu, juga menyampaikan, sejak terbangunnya SFV
Pulau Kongsi, Pokdakan Cottoni Jaya khususnya dan masyarakat Pulau Pari pada
umumnya bertambah semangat dalam menjalankan aktifitas kegiatan di sektor
kelautan dan perikanan. Kegiatan penyuluhan kepada masyarakat juga semakin
menarik karena adanya tambahan pengetahuan yang diterima oleh masyarakat
mengenai budi daya rumput laut.
Di sisi lain, percontohan
budi daya rumput laut ini juga menjadi ajang pembelajaran dalam bentuk
pelaksanaan magang mahasiswa dari berbagai kampus di Indonesia. Pada 2024
terdapat 19 mahasiswa dan taruna dari enam kampus yang mengikuti magang di
Pulau Kongsi. Jumlahnya meningkat pada tahun ini per Maret 2025 tercatat
sebanyak 29 mahasiswa dan taruna dari tujuh kampus telah menyelesaikan magang
di SFV Pulau Kongsi, yang sebagian besarnya mengambil tema rumput laut sebagai
topik kegiatan magang.
Di tahun ini, peserta magang
dari Universitas Brawijaya dan Universitas Nahdhatul Ulama Purwokerto mengambil
tema teknik budi daya rumput laut. Adapun mahasiswa dari Universitas Jenderal
Soedirman Purwokerto, Politeknik Kelautan dan Perikanan Pangandaran, serta
Institut Teknologi Sumatera Lampung mengambil tema pengaruh kualitas air
terhadap pertumbuhan rumput laut.
“Para pengelola SFV
Pulau Kongsi berharap, percontohan budi daya rumput laut yang dibangun di SFV
tersebut dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak, baik sebagai percontohan
penyuluhan, sarana pembelajaran bagi mahasiswa dan taruna, maupun diseminasi
teknologi kepada masyarakat,” harap Luthfi.
Sebelumnya Menteri Kelautan
dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mendorong penguatan ekonomi masyarakat
pesisir melalui skema kegiatan budidaya yang diserta dengan pengembangan
kualitas sumber daya manusia. Tujuannya agar kegiatan tidak hanya produktif tapi
juga ramah lingkungan. (Dda/Ril)
0 Komentar