Animalifenews.com - Ditengah debat soal Ibu Kota Nusantara (IKN) dan nasib Kota Jakarta, ada baiknya kita melongok negara tetangga kita Malaysia yang telah memindahkan ibukotanya dari Kuala Lumpur ke Putra Jaya. Malaysia sukses memfungsikan Ibu Kota barunya Putra Jaya, sementara Kuala Lumpur tetap berdenyut dan menjadi kebanggan warganya.
Selama ini, permukiman
perkotaan sering kali mencerminkan ketakutan dan juga harapan. Banyak kota yang
asal-usulnya sebelum menjadi ibukota
berfungsi menjadi wilayah pertahanan,
pusat perdagangan, atau pertanian. Namun kota-kota seperti Ipoh dan Kuala
Lumpur dimulai dengan kawasan tambang mineral berharga yang ditemukan oleh para
pionir awal.
Foto. Proyek RoL Kuala Lumpur- thestar.com |
Malaysia
dulunya adalah produsen timah terbesar di dunia dan "emas putih" ini
menarik para leluhur bangsa Malaysia dari dekat dan jauh untuk menetap di
banyak sudut terpencil negara ini. Ini adalah awal dari proses urbanisasi Kuala
Lumpur sejak abad ke-19 dan seterusnya.
Tidak seperti
kota-kota Asia Tenggara lainnya seperti Bangkok, Jakarta, Manila atau Singapura
dengan asal-usul kuno sebagai pelabuhan alami, Kuala Lumpur dibangun di atas
tanah berlumpur yang kaya akan timah.
Sebagai orang
Malaysia, kita telah mengubah lembah yang dulunya penuh malaria menjadi salah
satu kota terkaya di Asia Tenggara.
Apa pun itu,
upaya untuk mempromosikan pembaruan dan konservasi perkotaan di Kuala Lumpur
sering menghadapi tantangan karena sejarahnya yang kurang glamor dibandingkan
dengan kota-kota lain.
Pertanyaan
seperti "Apa yang kita perbarui?" dan "Apa yang harus kita
lestarikan?" rumit karena warisan kolonial dan perspektif yang berbeda
dalam demokrasi yang beragam, sehingga menyulitkan para pengambil keputusan
untuk menemukan solusi yang dapat diterima secara universal.
Terletak di
dekat Masjid Jamek Sultan Abdul Samad, masjid tertua di kota tersebut, fokus
perkotaan Proyek River of Life (RoL) berada di titik pertemuan Sungai
Klang dan Sungai Gombak.
RoL, yang dimulai sebagai proyek jangka panjang pada tahun 2011, merupakan upaya untuk memperbarui seluruh cekungan Sungai Klang sepanjang 110 km dan memacu investasi ekonomi di daerah-daerah yang berdekatan yang dulunya merupakan jantung kota Kuala Lumpur.
Jika
berhasil, proyek ini akan membantu generasi mendatang memahami sejarah kota
tersebut, termasuk era ketika timah sangat penting dan sungai berfungsi sebagai
jalan raya awal.
Namun, sistem
sungai Klang dan Gombak pada awal abad ke-20 tidaklah bersih atau indah, dengan
limbah pertambangan dan limbah manusia dari rumah-rumah di dekatnya langsung
masuk ke air yang menyebabkan polusi yang signifikan.
Meskipun
terdapat bahaya seperti tenggelam dan buaya, sebelum Kuala Lumpur diberikan
status kota pada tahun 1972, sungai-sungai ini sangat penting untuk mengangkut
bijih timah dari perbukitan Ampang ke Klang.
Oleh karena
itu, upaya konservasi harus bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup Kuala
Lumpur daripada mengidealkan masa lalu.
Setiap proyek
pembaruan perkotaan di kota ini harus difokuskan pada masa depan, karena warga
negara berhak mendapatkan masa depan yang lebih cerah daripada masa lalu
mereka.
Namun
demikian, modernisasi yang efektif hanya akan berhasil dalam membuat kota-kota negara
Malaysia tahan terhadap masa depan jika dilakukan bersamaan dengan konservasi
yang cermat.
Hal ini
karena konservasi masa lalu menciptakan kerangka kerja yang meningkatkan
apresiasi dan keberhasilan upaya pembaruan perkotaan.
Di pusat kota
Kuala Lumpur, proyek RoL bertujuan untuk meningkatkan ekologi air, pariwisata,
dan vitalitas ekonomi di lingkungan tertua di kota tersebut dengan meningkatkan
keberlanjutan dan kelayakan huni "tulang punggung biru" asli Kuala
Lumpur.
Namun,
penghuni rumah toko setempat yang pernah berdagang di Pasar Medan dan Pasar
Sentral telah lama tergusur.
Oleh karena
itu, kebutuhan untuk menciptakan magnet pembangunan baru guna menarik kembali
keluarga-keluarga lokal ke jantung kota menjadi mendesak.
Menciptakan
kawasan tepi laut perkotaan baru di kota yang sebelumnya tidak dikenal karena
ekologi airnya, merupakan upaya berani untuk meningkatkan citra Kuala Lumpur,
tidak hanya bagi wisatawan tetapi juga bagi warga Malaysia sendiri.
Kawasan tepi
laut baru itu, idealnya harus dijalin ke dalam narasi Kuala Lumpur untuk
menceritakan kisah yang kohesif – karena kisah yang menarik dapat menyatukan
warga Malaysia dari berbagai latar belakang.
RoL merupakan
kesempatan untuk menceritakan kisah kota dengan cara yang menanamkan kebanggaan
bagi warga Malaysia dan mempertahankan minat pengunjung.
Diperlukan tonggak-tonggak pencapaian yang berkelanjutan untuk benar-benar "menghidupkannya" dan memantau kemajuannya guna memastikan bahwa tujuan ambisiusnya tercapai. Mari kita lakukan dengan benar kali ini.
(Ditulis
oleh: Assoc Prof Dr Keith Tan Kay Hin, Fakultas Inovasi & Teknologi, Taylor’s
University, dikutip dari The Star – thestar.com)
0 Komentar