Pemerintah terus gencar melakukan pembangunan pariwisata di berbagai daerah. Sejalan dengan hal tersebut, pembangunan yang dilakukan harus mampu tetap menjaga keseimbangan ekosistem. Pemerintah saat ini juga memastikan bahwa sektor pariwisata harus berkontribusi bagi lingkungan dan masyarakat sekitar agar sejalan dengan pembangunan ekonomi.
Konsep pengembangan sektor
pariwisata harus mempertimbangkan dampak aktivitas pariwisata pada lingkungan,
budaya, sosial, dan ekonomi. Saat ini, konsep sustainable tourism adalah
konsep yang paling selaras dengan budaya dan kondisi masyarakat di Indonesia.
Foto. Pariwisata Kaldera-bpodt.id |
Konsep ini menekankan pemikiran jangka panjang dengan mempertimbangkan dampak positif bagi masyarakat setempat dan lingkungan secara keseluruhan. Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) terus berkomitmen untuk menerapkan prinsip-prinsip Pariwisata Berkelanjutan. Dari segi lingkungan, BPODT kini sedang berupaya melaksanakan program pengolahan sampah dengan memilah sampah sesuai jenisnya, yakni sampah organik, sampah anorganik, dan sampah bahan berbahaya dan beracun (B3).
Direktur Utama Badan
Pelaksana Otorita Danau Toba Jimmy Panjaitan melalui siaran pers-nya pekan lalu mengatakan,
pengolahan sampah dianggap sebagai variabel penting dalam menjaga kelestarian
lingkungan, sebab sampah yang menumpuk akan merusak sektor pariwisata dan juga
kesehatan lingkungan.
Program pengelolaan sampah
ini dikelola langsung oleh personil Toba Caldera Resort (TCR) yang telah
mendapatkan pelatihan khusus. Pelatihan ini dipimpin oleh Direktur Bank Sampah
Induk New Normal pada tanggal 2-3 Juli 2024 di Medan. Dengan adanya pelatihan
ini, personil TCR diharapkan mampu mengelola sampah dengan lebih efektif dan
efisien khususnya di Kawasan Otoritatif BPODT, Toba Caldera Resort.
Sebagai bagian dari program
ini, TCR tidak hanya memilah sampah tetapi juga mengolah sampah organik,
terutama dedaunan dan rumput. Sampah organik tersebut disemprot dengan cairan
EM4 (Effective Microorganisms 4) pada tanggal 15 Juli 2024 dan
membutuhkan masa fermentasi selama 21 hari. Setelah proses fermentasi selesai,
sampah organik akan dicacah dan diolah menjadi kompos organik yang dapat
digunakan kembali untuk menyuburkan tanah di sekitar area resort.
Direktur Utama Badan
Pelaksana Otorita Danau Toba, Jimmy Panjaitan menyatakan, “Kami berkomitmen
untuk menjaga kelestarian lingkungan dan mendukung pariwisata berkelanjutan.
Program pengolahan sampah ini adalah upaya kami untuk mengurangi dampak negatif
terhadap lingkungan sekaligus memberikan manfaat positif bagi ekosistem di
sekitar Toba Caldera Resort.”
Melalui inisiatif ini, Badan
Pelaksana Otorita Danau Toba berharap dapat memberikan contoh baik kepada
masyarakat sekitar dan wisatawan tentang pentingnya menjaga kebersihan dan
kelestarian lingkungan. Upaya ini diharapkan dapat mendukung visi besar Toba
Caldera Resort sebagai destinasi wisata yang ramah lingkungan dan
berkelanjutan. (DDA)
0 Komentar