Ditengah pemerintah Israel tak henti-hentinya melakukan genosida di Palestina, terdeteksi nyamuk pembawa demam West Nile semakin banyak menyebar di kota-kota Israel Tengah. Menurut pihak berwenang di sana, minggu bulan Agustus ini, saat jumlah kasus meningkat menjadi lebih dari 800 kasus di tengah wabah virus terbesar dalam lebih dari dua dekade.
Menurut data Kementerian Kesehatan, pada tahun 2023, 2022
dan 2021, masing-masing terdapat 49, 35 dan 38 kasus West Nile yang terdiagnosis
di Israel.
Foto.Nyamuk di Israel-timesofisrael.com |
Pada Kamis (15/8), dari situs timesofisrael.com, Kementerian Perlindungan Lingkungan menyatakan ada nyamuk yang membawa virus yang teridentifikasi di Rehovot dan Modiin, setelah sebelumnya ditemukan di Tel Aviv, Ramat Hasharon, Dewan Regional Mateh Yehuda, kaki bukit Yerusalem dan Dewan Regional Yoav di tenggara Tel Aviv.
Sebanyak 61 orang di Israel yang didiagnosis mengidap
virus tersebut telah meninggal sejak wabah dimulai pada bulan Juni.
Demam West Nile
terjadi terutama di Israel antara bulan Juni dan November. Tahun ini, kejadian
tersebut terjadi lebih awal dari biasanya, kemungkinan besar disebabkan oleh
perubahan iklim. Lokasi dengan kondisi lembab menjadi tempat berkembang biak
yang baik bagi nyamuk yang menyebarkan virus ke manusia.
Kementerian Perlindungan
Lingkungan telah menginstruksikan semua pihak berwenang untuk lebih memperluas
upaya pemantauan dan pengendalian hama, baik di daerah perkotaan maupun di
daerah tidak berpenghuni. Ia juga meminta masyarakat untuk melindungi diri mereka
sendiri untuk mengurangi risiko gigitan nyamuk.
Kementerian Kesehatan
telah merekomendasikan masyarakat untuk menggunakan produk pengusir nyamuk dan
perangkat yang sesuai untuk mengusir nyamuk, mengenakan pakaian panjang di
malam hari saat nyamuk paling aktif, dan memasang tirai di jendela, serta
menggunakan kipas angin.
Nyamuk yang terinfeksi
menularkan virus West Nile ke manusia. Virus ini tidak menular dari
orang ke orang.
Sekitar 80 persen
orang yang terinfeksi virus West Nile tidak menunjukkan gejala. Sekitar
20% mungkin mengalami berbagai tingkat gejala, termasuk demam, sakit kepala,
dan nyeri tubuh. Kurang dari 1% dari mereka yang terinfeksi akan mengalami
komplikasi yang jarang terjadi seperti radang otak akut atau meningitis.
Risiko parah lebih
tinggi terjadi pada orang lanjut usia dan orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah.
(DDA)
0 Komentar