Lama tidak
menjadi perhatian Pemerintah Indonesia, ternyata flu burung saat ini masih
mewabah di beberapa negara Eropah dan Amerika Utara, bahkan flu burung telah
memusnahkan populasi burung liar dan peliharaan di seluruh dunia dalam dua
tahun terakhir.
Virus yang terus
muncul ini juga berdampak pada satwa liar lainnya, yang menyebabkan kematian
anjing laut, singa laut, dan kehancuran peternakan cerpelai. Yang lebih
mengkhawatirkan lagi, penyakit ini telah menyerang beragam hewan termasuk
kucing, anjing, sigung, rubah, dan beruang kutub. Meskipun dampaknya luas
terhadap dunia hewan, sebagian besar manusia masih belum tersentuh oleh patogen
mematikan ini.
Perbedaan ini
membingungkan para ilmuwan. Richard Webby, peneliti flu di Rumah Sakit
Penelitian Anak St. Jude di Memphis, Tennessee,kepada onegreenplanet.org,
mengaku “sedikit menggaruk kepala.” Para peneliti mengemukakan beberapa alasan
untuk fenomena ini. Salah satu kemungkinannya terletak pada mekanisme infeksi –
cara virus masuk dan berkembang biak di dalam sel, mungkin berbeda secara
signifikan antarspesies. Faktor lainnya, mungkin adalah variasi titik docking
mikroskopis yang diperlukan virus flu untuk menginfeksi inang yang berbeda.
Meskipun dampaknya terhadap manusia masih terbatas, para ilmuwan tidak berpuas diri. Potensi akibat perubahan perilaku virus ini merupakan kekhawatiran yang signifikan. Tom Frieden, mantan direktur CDC dan saat ini menjabat sebagai kepala Resolve to Save Lives, menekankan pentingnya kewaspadaan. “Ada banyak hal yang tidak kami pahami,” akunya, sambil memperingatkan bahayanya mengabaikan ancaman yang mengancam ini. “Saya pikir kita harus melupakan pendekatan 'harapan untuk yang terbaik dan mengubur kepala kita di pasir'. Karena itu bisa sangat buruk.” (DDN)
Foto.Flu Burung-DailyMirror |
0 Komentar